14 Agustus 2008

Injex, Anaestesi Tanpa Jarum

Prosedur anestesi merupakan kunci dari berbagai tindakan medik dental, namun seringkali menimbulkan rasa takut dari pasien yang membuat prosedur ini menjadi semacam momok. Rasa takut dapat timbul dari jarum suntik yang digunakan atau trauma rasa sakit yang pernah dialami pasien.

Aspek visual yang dapat memicu munculnya rasa takut inilah yang dikembangkan oleh produsen dari alat anestesi INJEX (Rösch AG Medizinetechnik). Dengan motto anesthetic for all, injex menawarkan sebuah terobosan di bidang medis dimana faktor psikologis menjadi fokus.

Injex bekerja dengan mekanisme pegas yang akan mendorong cairan masuk ke jaringan, kecepatan yang dihasilkan dari dorongan pegas yaitu sekitar 685 km/jam, cairan tersebut keluar dari lubang berdiameter 0,17 mm sebanyak 0,3 ml.

Produsen injex mengklaim tidak adanya rasa sakit saat dilakukan injeksi dan hanya akan terdengar suara yang sedikit keras sehingga pasien sebaiknya diinformasikan terlebih dahulu tentang adanya suara tersebut. Kelebihan lainnya adalah dapat mengurangi insiden patahnya jarum karena injex memang didesain tanpa menggunakan jarum. Kemampuan injex untuk dapat digunakan 7000 kali injeksi juga mampu untuk mengurangi masalah limbah medis.

Injex memang tampak sangat menjanjikan mengingat rasa takut terhadap jarum adalah sesuatu yang sangat umum terjadi, namun yang menjadi pertanyaan apakah alat baru ini mampu diterima di dunia kedokteran gigi? Mengapa demikian? Mari kita lihat dari segi desain, injex berbentuk seperti pena dengan ujung berupa bidang yang rata, tentu hal ini bukanlah suatu masalah apabila diaplikasikan di luar rongga mulut, tapi akan ditemui beberapa masalah ketika diaplikasikan di dalam mulut.

Ketika digunakan, posisi injex harus tegak lurus dengan bidang injeksi sedangkan di dalam rongga mulut banyak regio yang terkadang cukup sulit dijangkau bahkan dengan spuit injeksi biasa, misalnya pada regio gigi posterior. Kemudian masih dari segi regio, seperti kita ketahui bahwa terdapat perbedaan kepadatan tulang maksila dan mandibula. Untuk tulang maksila yang lebih berongga dibandingkan dengan mandibula, masih dimungkinkan injex dapat bekerja dengan baik, meskipun masih diragukan apakah dengan 0,3 ml mampu untuk memberikan efek yang adekuat untuk prosedur seperti pencabutan dimana memerlukan efek anestesi sampai ke pulpa.

Untuk tulang yang memiliki kepadatan yang lebih seperti mandibula tentu saja keefektifan dari injex akan terlihat sangat meragukan, sebab biasanya efek anestesi yang cukup akan didapat dari injeksi blok nervus alveolaris inferior atau injeksi intra ligamental.

Menurut jurnal karangan Debarakis NN, dkk yang berjudul Needle-less local anesthesia: clinical evaluation of the effectiveness of the jet anesthesia Injex in local anesthesia in dentistry, terungkap bahwa dari 10 pasien yang dianestesi menggunakan larutan anestesi mepivakain 3% tidak satupun yang teranestesi sampai ke pulpa, sedangkan 22 pasien yang dianetesi menggunakan larutan anestesi lidokain 2% dengan epinephrine 1 : 80.000, hanya 14 orang yang teranestesi sampai ke pulpa. Dalam abstrak penelitian ini kurang jelas regio mana yang digunakan.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah, injex merupakan sebuah terobosan yang sangat menarik karena berhasil mengakomodir ketakutan pasien, akan tetapi untuk aplikasi di dunia kedokteran gigi sepertinya belum dapat diterima sepenuhnya menimbang dari kelebihan dan kekurangannya. Perlu dilakukan riset lebih lanjut sehingga diharapkan akan dapat digunakan secara luas di dunia

Tidak ada komentar: